Selasa, 22 Juni 2010

pembela islam? atau hanya fanatisme sempit? tetaplah bhineka tunggal ika

Salah satunya menyebabkan citra Tuhan menurun karena perbuatan-perbuatan tadi. Artinya mereka semestinya melakukan sesuatu yang menyejahterakan dan menenangkan masyarakat. Nah, dengan perbuatan itu, di masyarakat juga timbul kerisauan.

Doktrin Islam yang paling sering dipakai sebagai landasan adanya pengaturan masalah publik adalah amar ma’ruf nahy munkar. Pada tingkat praksis, implementasi doktrin ini acapkali bersinggungan dengan mekanisme dan aturan main yang berlaku. Kasus razia Front Pembela Islam (FPI) yang terjadi di malam Isra Mi’raj yang lalu misalnya, menunjukkan untuk kesekian kali bahwa ruang publik yang seharusnya netral selalu diintervensi oleh aspirasi religius kelompok tertentu yang ironisnya mengabsahkan kekerasan. Bagaimana menyikapi kemaksiatan yang bersembunyi di balik bisnis hiburan? Apakah bisa menegakkan amar ma’ruf nahy munkar, suatu pesan suci Ilahi, dengan cara-cara yang justru menodai kesucian itu sendiri?

saya bukan pembenci islam dan FPI pada khsusnya alasan mengapa saya lebih tertarik membahas masalah fanatisme sempit beragama yang dilakukan oleh FPI adalah: sudah banyak rakyat Indonesia teriak2 tentang korupsi dll tapi tidak ada yg berani berbicara masalah fanatisme sempit yg juga memiliki daya bunuh yg sama dgn korupsi. bukannya saya tidak peduli dgn korupsi, saya hanya ingin masalah fanatisme sempit juga ada yg meneriakkan. khusus tentang masalah pornoaksi dan sex bebas saya tdk mau terlalu menghakimi karena itu adalah hak individu seseorang, jika berani berbuat ya berani bertanggung jawab,!! ini bukan tentang salah dan benar! ini karena standar 'moral' seseorang tidak bisa kita pukul rata dan diseragamkan. saya salah satu orang yang melawan UU Pornografi karena bagi saya itu adalah gerakan penyeragaman moral yg berakibat ke budaya negara lain yg monokultural sehingga tidak layak diterapkan di Indonesia yg multikultural.

Indonesia bisa berdiri karena adanya kesamaan tujuan yang ingin dicapai oleh para pemuda pada awalnya, ingatlah isi dari sumpah pemuda 1908 :
Pertama
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kedua
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia. ini semua dilakukan agar kita bisa bebas dari jerat imperialisme dan kolonialisme. Oleh satu tekad inilah, segala perbedaan dihilangkan untuk mencapai kemerdekaan. Jika saja para pendiri negara ini sewaktu itu masih memikirkan tentang bagaimana suku, agama, dan keturunan mereka, maka niscaya Indonesia tidak akan pernah dikenal dalam peta dunia.

marilah kawan, Tuhan menciptakan kita berbeda-beda, beda agama, beda suku, beda bangsa, beda negara, dan beda ras, tetapi janglah karna itu kita terpisah dan hancur lebur, bila kita masih memikirkan masalah perbedaan ini kapan kita bisa memikirkan hal-hal yang bisa membuat negara Indonesia bisa maju dan berkembang, Indonesia sudah terlalu jauh tertinggal dengan bangsa lain.

semoga berguna..
(dari berbagai sumber dan referensi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar